Yang Panjang dan Berirama Itulah Pemenangnya

Kokok ayam yang akan diberikan nilai adalah kokok ayam pelung yang suaranya seakan hendak menangis atau memohon.

Penulis: Refli Permana | Editor: Tarso
zoom-inlihat foto Yang Panjang dan Berirama Itulah Pemenangnya
SRIPOKU.COM/REFLI PERMANA
Suasana kontes ayam Pelung di Pemancingan Monalisa Sako Palembang, Minggu (20/9/2015).

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-- Himpunan Pecinta Ayam Pelung Indonesia (HIPAPI) Palembang menggelar kontes ayam pelung di Pemancingan Monalisa Sako Palembang Minggu (20/9/2015). Penilainya dilihat dari kokok dan bobot ayam pelung yang dilombakan.

Melihat kriteria lomba, tak heran suara kokok ayam pelung seakan bersahut-sahutan dari kejauhan. Puluhan ayam yang diletakan di dalam sangkar bundar sudah tak ubahnya seperti grup paduan suara.

Ada ayam pelung yang mampu berkokok dalam beberapa detik, ada juga yang diam saja termangu di dalam sangkar. Bahkan, ada ayam yang seolah tidur dengan menerungkupkan tubuhnya di dalam sangkar.

Dikatakan Ketua HIPAPI Palembang, Gumanti, kontes ayam pelung ini merupakan yang pertama digelar di Palemang. Peserta lomba sebagian besar adalah anggota HIPAPI yang memang memilikinya di rumah. Ada juga masyarakat lain yang memiliki ayam pelung namun belum keburu masuk sebagai anggota HIPAPI Palembang.

"Peserta yang ikut hampir 50 orang. Adapun yang dilombakan adalah kokok dan bobot ayam," kata Gumanti.
Dilanjutkan Gumanti, ayam pelung yang kokoknya dinilai menyentuh hati dan memiliki irama akan berpeluang menjadi pemenangnya.

Pasalnya, kokok ayam yang dinilai dalam lomba ini sedikit beda dengan kokok ayam pada umumnya. Kokok ayam yang akan diberikan nilai adalah kokok ayam pelung yang suaranya seakan hendak menangis atau memohon.

Tak heran, masing-masing pemilik ayam pelung berusaha memancing supaya ayam pelungnya bisa berkokok lama dan lantang. Ada yang memainkan jari di depan sangkar ayam, ada juga yang meneriakan nama ayam supaya mau berkokok.

Usaha mereka ada yang berhasil, ada juga yang disambut ayam pelungnya dengan tidur.

Sedangkan untuk bobot, lanjut Gumanti, yang menjadi kriteria utama adalah ayam pelung yang berbobot paling berat. Rata-rata, ayam pelung peseta berbobot lima hingga enam kilogram. Untuk bobot maksimal yang bisa dimiliki seekor ayam pelung sekitar tujuh kilogram.

"Kontes ini kita adakan menjelang kontes tingkat nasional. Tujuan dari kontes yang sekarang untuk melihat animo pemilik ayam pelung di Palembang, rupanya mereka cukup antusias," kata Gumanti.
Selain peserta, penonton kontes ini juga cukup banyak. Mereka, yang sebagian besar masyarakat setempat, berduyun-duyun untuk menyaksikan kontes dari dekat. Perbedaan bobot dan warna bulu ayam semakin menambah kemeriahan acara ini.
Dari kerumunan penonton, tampak seorang sosok yang pernah familiar di Palembang dan Sumsel, yakni Eddy Yusuf. Dengan mengenakan kaca mata hitam, mantan Wakil Gubernur Sumsel ini beberapa kali mendekatkan dirinya ke panggung tempat ayam pelung berada. Dirinya juga fokus mendengarkan kokokan ayam pelung yang menurutnya sangat merdu.
"Saya gemar memelihara hewan, termasuk ayam pelung yang juga saya pelihara di rumah. Namun, untuk kesempatan ini, belum ikut lomba," kata Eddy.(Refly ermana)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved