Bocah Cabuli Bocah

Teknologi Bisa Racuni Pikiran Bocah

Apa saja yang mereka nilai menarik, sebisa mungkin akan mereka lakukan di kehiduan sehari-hari.

Penulis: Refli Permana | Editor: Soegeng Haryadi
©albawaba. com
ilustrasi bocah laki-laki korban kekerasan seksual. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Tingkah laku bocah SD di Batumarta, Kabupaten OKU yang diamankan aparat kepolisian karena dilaporkan telah mencabuli tiga anak perempuan dan lima anak pria merupakan dampak dari kian berkembangnya teknologi.

Ditengarai, si pelaku yang usianya 12 tahun tersebut tidak mampu menahan nafsu seksualnya setelah terlebih dahulu menonton hal-hal yang berbau pornografi.

Dikatakan salah seorang psikolog di Palembang, Sri Agustini, usia beranjak hingga sudah remaja sangatlah rentan akan apa-apa yang mereka lihat.

Apa saja yang mereka nilai menarik, sebisa mungkin akan mereka lakukan di kehiduan sehari-hari.

Salah satunya adalah persoalan pornografi yang pelakunya bisa dikatakan sudah datang dari segala usia.

"Mulanya si pelaku mungkin coba-coba setelah melihat hal yang berbau pornografi. Karena merasa ketagihan, dia terus melakukan ini secara diam-diam dan mencari korban anak-anak karena dirinya sendiri memang masih kecil," kata Sri, yang dihubungi melalui ponselnya Rabu (3/6/2015) malam.

Mengapa korbannya tidak hanya datang dari anak-anak perempuan, Sri mengatakan, karena pelaku tidak memandang jenis kelamin korbannya.

Di benaknya, selagi ada yang bisa dijadikan pelepas hasrat seksual, si pelaku bisa juga mencari anak-anak pria untuk menjadi tempat pelamipasan hawa nafsunya.

Sebab itu, Sri menilai, si pelaku ini tidak memandang jenis kelamin hingga akhirnya datanglah korban anak-anak pria.

Meski tidak tahu jenis teknologi apa yang sudah meracuni benak si pelaku, Sri meyakini, sangat sedikit pengawasan yang dilakukan orangtua si pelaku sehingga apa-apa yang ia lakukan tidak terlalu dipantau oleh orangtua.

Padahal, orangtua sudah seharusnya mengenali kelakuan anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari demi mencegah hal seperti ini dilakukan oleh si anak.

Selain pengawasan yang kurang, Sri menilai, orangtua si anak juga tidak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan positif di luar sekolah.

Andai si anak diikutkan dengan kegiatan agama atau yang hal-hal yang bisa menimbulkan suatu kreatifitas, sangat kecil kemungkinan si anak nekat memerkosa tiga anak perempuan dan lima anak pria.

Sebagai bentuk efek jera, Sri menambahkan, tentu sudah harus diserahkan ke aparat kepolisian. Apalagi, sudah banyak anak-anak yang menjadi korban atas ulahnya.

Hanya saja, Sri menyarankan supaya si pelaku juga diberikan rehabilitasi mental dan spiritual demi mencegah dirinya kembali melakukan hal seperti ini di waktu yang akan datang.

"Sudah saatnya bagi orangtua si pelaku untuk lebih ketat mengawasi kegiatan si anak tersebut. Juga jangan bosan-bosannya untuk terus menyampaikan nasehat positif dan kegiatan positif serta membatasi si anak memegang gadget yang bisa membuatnya dengan mudah mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi," kata Sri.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved