Sumsel Status Waspada Demam Berdarah

Meski tidak menginginkan jumlah penderita DBD meningkat, namun hal itu bisa terjadi bila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan penanganan.

Editor: Soegeng Haryadi
KOMPAS.COM
Pekerja melakukan pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel menetapkan status Waspada menghadapi Demam Berdarah Dengue (DBD), setelah jumlah penderita hingga akhir Januari 2015 sudah mencapai 335 orang, dari sebelumnya hanya 217 orang di bulan Desember 2014.

Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Lesty Nurainy mengatakan, pihaknya baru akan menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) bila angka penderita melebihi hitungan maksimal yakni 804 orang.

"Bukan disebut KLB karena penderita maksimal Sumsel dari hitungan Januari 2012 mencapai 804 orang dan bulan lalu mencapai 335. Jika penderita bulan Februari nanti mencapai lebih dari 572 orang seperti tahun 2012, baru kita nyatakan KLB," katanya di ruang kerjanya, Senin (2/2).

Meski tidak menginginkan jumlah penderita DBD meningkat, namun hal itu bisa terjadi bila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan penanganan. Dinkes telah menyiapkan logistik program DBD untuk didistribukan ke 17 Kabupaten dan Kota se-Sumsel.

Kasi Pengendalian Penyakit Menular, Mulyono menambahkan, Dinkes akan mendistribusikan 5.500 kilogram Larvasida yang bisa digunakan untuk mencegah pertumbuhan jentik nyamuk di bak dan penampungan air, 2.365 liter Insektisida atau bahan yang digunakan untuk pengasapan (fogging), 400 liter Sipermetrin, 50 set APD Penyemprot dan 266 kotak Rapid Test Diagnostic (RDT) atau alat pendeteksi dini yang mengidentifikasi gejala positif DBD atau tidak.

"Kami juga membantu biaya penyemprotan atau fogging nyamuk dalam mengendalikan vektor DBD. Dan juga membuat surat edaran kewaspadaan dini ke daerah. Namun hal yang efektif untuk mencegah DBD adalah penerapan hidup bersih oleh masyarakat," sebutnya.

Penyebaran DBD didasarkan oleh tingkat kepadatan penduduk sebuah wilayah, mobilisasi masyarakat yang tinggi dan lingkungan. Telur nyamuk Aedes Aegypti berkembang dalam genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah. Telur-telur itu mampu bertahan selama enam bulan dan bisa berkembang cepat.

Dari data Dinkes Sumsel, penderita DBD pada Januari 2013 mencapai 362 orang. Namun di Januari 2014 turun hingga separuhnya yakni 137 orang. Tingkat nasional sendiri, Sumsel berada di posisi ke-24 atau lima dari bawah dengan jumlah penderita DBD.

"Penyebaran DBD dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, topografi wilayah, dan mobilitas. Yang perlu diwaspadai adalah, DBD menyerang seluruh kalangan. Kalau dulu banyak yang menderita DBD adalah anak usia sekolah, tapi sekarang penderita dewasa," jelasnya. (m5)

Penderita DBD per Januari 2015
- Palembang = 101 orang
- Banyuasin = 65 orang
- Prabumulih = 56 orang
- OKI = 46 orang
- Muara Enim = 25 orang
- OI = 19 orang
- Lubuklinggau = 8 orang
- OKU = 7 orang
- PALI = 3 orang
- Lahat = 2 orang
- OKU Selatan = 2 orang
- Musirawas = 1 orang
- Musi Banyuasin = Nol*
- OKU Timur = Nol*
- Pagaralam = Nol*
- Muratara = Nol*
- Empat Lawang = Nol*

Faktor Penyebaran
- Kepadatan penduduk
- Topografi wilayah
- Mobilitas

*Belum Terdata
(Sumber: Dinkes Sumsel)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved