Healthy Life
Warga Diminta Waspadai DBD
Memasuki bulan Januari jumlah penderita DBD diprediksi akan meningkat hingga penghujung musim hujan yakni hingga Maret nanti.
Penulis: Deryardli | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel mencatat di tahun-tahun, pada musim penghujan membawa berbagai macam dampak kepada lingkungan sekitar. Selain banjir dan longsor, terlihat peningkatan penderita Deman Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Lesti Nuraini melalui Kasi Pengendalian Penyakit Menular, Mulyono mengatakan, memasuki bulan Januari jumlah penderita DBD diprediksi akan meningkat hingga penghujung musim hujan yakni hingga Maret nanti.
"Puncak penderita DBD paling banyak berada di bulan Januari hingga Maret. Warga harus waspada seiring peningkatan curah hujan dan kelembapan yang terus-menerus meningkat," ujarnya kepada wartawan, Kamis (22/1/2015).
Dari data Dinkes Sumsel, penderita DBD pada Januari 2013 mencapai 362 orang. Namun di Januari 2014 turun hingga separuhnya yakni 137 orang. Dalam data Incident Rate (IR), jumlah kejadian per 100.000 penduduk dari 17 kabupaten dan kota se-Sumsel, Prabumulih menjadi daerah kedua tertinggi penderita DBD hingga 135 orang.
Angka itu jauh di atas rata-rata nasional yang hanya berada di angka 51 orange penderita. Menurut Mulyono, mobilitas penduduk di Prabumulih yang tinggi dan berkembang berkembang menjadi salah satu faktor angka DBD tahun lalu. OKU Selatan yang sebelumnya tercatat tidak ada penderita DBD, namun sejak tahun lalu terdeteksi.
"Jumlah penderita DBD di Palembang tetap tertinggi hingga 560 orang karena kepadatan penduduknya pun lebih tinggi daripada daerah lainnya. Sebanyak 122 penderita berada di Banyuasin, 90 orang di Muaraenim, 81 di Musi Banyuasin, 79 di OKU Timur, 58 orang di PALI. Dan OKI ada 55 orang penderita, OI 52 penderita, Pagaralam 43 penderita, Lubuklinggau 32 penderita dan Lahat ada 21 orang penderita," paparnya.
Tingkat nasional sendiri Sumsel berada di posisi ke 24 atau lima dari bawah dengan jumlah penderita DBD. "Penyebaran DBD dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, topografi wilayah, dan mobilitas. Yang perlu diwaspadai adalah, DBD menyerang seluruh kalangan. Kalau dulu banyak yang menderita DBD adalah anak usia sekolah, tapi sekarang penderita dewasa," jelasnya.
Untuk menekan peningkatan penderita DBD, Dinkes Sumsel mulai mendistribusikan 5.500 kilogram bubuk larvasida, 2.365 liter insektisida fogging sekaligus alat pelindung diri untuk petugas penyemprotan dan 2.660 Rapid Test Diagnostic (RTD) DBD.
Bubuk larvasida bisa digunakan masyarakat untuk mencegah pertumbuhan jentik nyamuk di bak dan penampungan air, dan insektisida adalah bahan yang digunakan untuk pengasapan (fogging).
Sedangkan RTD adalah alat pendeteksi dini yang dapat secara cepat mengidentifikasi apakah seseorang yang mengalami gejala positif menderita DBD atau tidak. "Kami juga membantu biaya penyemprotan atau fogging nyamuk dalam mengendalikan vektor DBD. Dan juga membuat surat edaran kewaspadaan dini ke daerah," terangnya.