ASEAN University Games

Ini Kisah-kisah Mistik Sepakbola AUG 2014

Percaya atau tidak, banyak kisah mistik dan menarik selama pelaksanaan cabor sepakbola AUG kali ini, berikut ringkasannya.

Editor: Soegeng Haryadi

SRIPOKU.COM -- Pelaksanaan cabor sepakbola di ajang Asean University Games (AUG) 2014 sudah berakhir. Juara bertahan Thailand kembali menunjukkan supremasinya dengan mempertahan gelar usai mengkandaskan mimpi tuan rumah Indonesia di partai final dengan skor 3-1, Rabu (17/12/2014). Namun, percaya atau tidak, banyak kisah mistik dan menarik selama pelaksanaan cabor sepakbola AUG kali ini, berikut ringkasannya.

1. Tim Laos Putari Jakabaring untuk Hindari Sial
Pelatih Laos, Soubnadith Thammavong mengejutkan seluruh isi bus kala timnya tengah menuju stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Senin (15/12/2014) sore jelang laga babak semifinal melawan tim Thailand. Mendadak dia menyuruh sopir bus untuk memutar arah dan kembali ke Ampera untuk membuang sial. Memang saat berada di depan Bank Sumsel Babel, bus memang sempat terhenti sebentar karena akan menabrak kucing yang sedang melintas. Meski tidak sampai tertabrak, namun pelatih Laos insiden tersebut sudah merupakan pertanda buruk bagi timnya

2. Lagu Kebangsaan Macet, Tanda-tanda Tim Akan Kalah
Masih cerita dari tim Laos di babak semifinal AUG 2014, walau sudah berusaha membuang sial dengan memutar bus, namun kesialan belum berhenti menghampiri tim Laos. Saat pemain sudah memasuki lapangan dan menyanyikan lagu kebangsaan Laos, tiba-tiba alunan musik yang mengiringi mendadak terhenti, sehingga di sisa lagu tersebut para pemain harus menyanyikannya sendiri. Operator GSJ sendiri menyatakan sesuai dengan SOP, dirinya sudah mencoba CD lagu kebangsaaan Laos sebelum pemanasan dan tidak ada masalah. Suka atau tidak, hasilnya tim Laos akhirnya dibantai Thailand dengan skor telak 0-3.

3. Sudah di BAM, Harus Pulang Kembali Ke Hotel
Sama seperti Laos, timnas Indonesia juga sudah mendapat firasat buruk jelang laga final melawan Thailand, Rabu (17/12). Bus yang membawa tim sudah keluar dari Hotel Swarna Dwipa, namun mendadak saat akan naik ke Jembatan Ampera, sopir diperintahkan untuk kembali ke hotel untuk mengambil kaos polo. Awalnya tidak ada aturan yang mengatur agar pemain timnas memakai baju tersebut, namun sudah separuh jalan tim harus kembali ke hotel. Beberapa pemain mengaku konsentrasi sempat buyar dan itu tanda buruk jelang laga final.

4. Pakai Kaos Kaki Anak Gawang, Timnas Indonesia Sial
Belum selesai penderitaan timnas Indonesia dengan harus kembali ke hotel untuk mengambil perlengkapan, kisah mistik juga menghampiri sesaat sebelum kick off melawan Thailand dimulai. Mendadak, suasana ruang ganti timnas Indonesia ramai oleh puluhan anak gawang yang menukar kaos kakinya. Ternyata, inspektur pertandingan mengeluarkan larangan bagi timnas Indonesia memakai kaos kaki merah karena sesuai dengan jersey tim lawan. Alhasil, seluruh pemain timnas Indonesia harus memakai kaos kaki milik anak gawang yang berwarna hitam dengan kualitas yang ala kadarnya dan baru bisa menukarnya kembali di babak kedua setelah bagian perlengkapan kembali mengambil kaos kaki cadangan di hotel. Di babak pertama sendiri, timnas Indonesia tertinggal 0-2 dari Thailand.

5. Demi hadiri Pemakaman Ayah, KiperTimnas Indonesia tinggalkan AUG
Kali ini bukan kisah mistik, namun cerita mengharukan dari M Nazil, kiper utama timnas Indonesia yang bermain gemilang selama babak penyisihan hingga babak semifinal AUG. Usai melaksanakan shalat subuh pada Rabu (17/12) pagi, M Nazil dikejutkan dengan pesan masuk dari tetangganya yang mengabarkan bahwa ayahnya meninggal dunia. Mahasiswa UKI tersebut sendiri tidak percaya dan menganggap sang teman hanya bercanda. Namun tetangganya tersebut meyakinkan bahwa pemberitahuan tersebut didapatnya dari pengumuman masjid di kampungnya, namun setelah mengecek ke saudaranya memang ternyata berita musibah tersebut benar adanya. Pihak keluarga sendiri memang mempertimbangkan tidak memberitahu M Nazil karena tidak ingin fokusnya membela sang Garuda menjadi terganggu dan berharap sang anak membawa gelar juara di ajang AUG. Setelah berkoordinasi dengan pihak manajemen dan pelatih, M Nazil sendiri akhirnya diizinkan untuk pulang untuk menghadiri pemakaman sang ayah. “Sepakbola bukan hanya urusan menang atau kalah, ada unsur fair play, respect serta kemanusiaan disana. Saya pikir M Nazil harus mendapat kesempatan melihat sang ayah untuk terakhir kalinya dan kami berjuang tanpa dirinya di partai final. Namun saya pikir jika ada dirinya, hasilnya akan lain,” ujar pelatih timnas Indonesia di ajang AUG, Rasyito Amsya. (mg9/TS)

Tags
sepakbola
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved