Ini Penyebab Korban Kekerasan Seksual Tak Melapor
Kekerasan seksual masih mendominasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG – Kekerasan seksual masih mendominasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Ketidakpahaman masyarakat tentang menghargai perempuan dan anak hingga dampaknya menjadi pemicu masih tingginya angka kekerasan.
Menurut Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Eliza Alex Noerdin, angka yang terdata oleh pihak berwajib diakuinya masih tinggi. Tapi dirinya yakin banyak korban lain yang enggan melapor.
“Kekerasan terhadap perempuan dan anak justru dikaitkan pada penilaian tentang jejak moralitas dan latar belakang korban. Mereka dituduh sebagai penyebab, atau memberi peluang terjadinya peristiwa tersebut,” ujarnya saat sosialisasi P2TP2A di Graha Bina Praja, Selasa (2/12/2014).
Karena tudingan itu, para korban kekerasan seksual, kata Eliza, enggan melapor kejadian yang mereka alami.
Dari data yang dirilis P2TP2A, kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak tahun tahun 2011 mencapai 611 kasus.
Peningkatan kasus terjadi di tahun 2012, di mana pihaknya mendapati laporan 1.062 kasus. Sedangkan di tahun 2013 menjadi 957 kasus.
“Ini data yang terlapor, saya yakin kejadian yang tidak dilaporkan lebih banyak,” sebutnya.
Eliza menjelaskan, kekerasan seksual berdampak psikologis terhadap korban yang sulit disembuhkan.
Tak hanya sekedar pelanggaran asusila, tapi kekerasan seksual berdampak pada penurunan mental pada korban.
“Banyak orang menilai kekerasan terhadap perempuan dan anak hanya pelanggaran kesusilaan semata. Tak sesederhana itu. Korban kekerasan seksual dapat menghancurkan seluruh integritas hidupnya. Tak sedikit korban yang putus asa dan merasa tidak mampu lagi melanjutkan hidup,” ucapnya.