Tiga Persen Pasokan Darah di PMI Mengandung Virus
Sekitar 3 persen dari total darah donor di PMI terdeteksi reaktif terhadap virus hepatitis C, hepatitis B, HIV, dan sifilis.
SRIPOKU.COM - Sekitar 3 persen dari total darah donor di Palang Merah Indonesia terdeteksi reaktif terhadap virus hepatitis C, hepatitis B, HIV, dan sifilis. Tentu saja, darah-darah yang dapat menularkan penyakit itu dibuang.
Dari sekitar 2,4 juta kantong darah di seluruh Indonesia, sebanyak 1,7 persen mengandung virus hepatitis B; 0,02 persen terkontaminasi HIV; 0,6 persen HCV, dan 0,6 persen sifilis. "Semua yang tiga persen itu dibuang, jadi jangan takut bila memerlukan transfusi," ungkap Direktur Unit Transfusi Darah Pusat, PMI, Dr. Yuyun SM. Soedarmono, dr., MSc.
Para pendonor yang terdeteksi berisiko sakit itu kemudian dirujuk untuk berkonsultasi lebih lanjut ke Unit Konseling dan Testing Sukarela atau VCCT (Voluntary and Confidential Counseling and Testing) di rumah sakit.
"Memang tidak semuanya mau dirujuk, ada yang menyangkal juga, tetapi namanya kami coret secara permanen, sehingga tidak boleh mendonorkan darahnya lagi. Ini untuk memutus rantai penularan," ujarnya.
Selama ini unit konseling tersebut, diakui Dr. Yuyun, lebih berkonsentrasi terhadap kasus HIV. Karena itu, ia menyambut baik kerja sama antara PMI, PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), dan PT Roche Indonesia, untuk meningkatkan kepedulian dan layanan terhadap masalah hepatitis C.
Dalam kerja sama tersebut, pendonor yang terdeteksi reaktif HCV akan dirujuk ke dokter-dokter ahli dari PPHI, dan bila memerlukan pengobatan selanjutnya akan dibantu oleh Roche.
Kerja sama ini dilakukan di berbagai kota di Indonesia, terutama daerah yang sudah memiliki jejaring PPHI dan 24 UTD (Unit Transfusi Darah) yang sudah siap, antara lain di Jakarta, Medan, Pekanbaru, Bandar Lampung, Padang, Bandung, Semarang, Jogjakarta, dan Surabaya.
Biaya skrining terbilang masih tinggi, belum lagi harga kantong darah juga tidak murah. Untuk pembiayaan tersebut sekitar 30 persen ditanggung pemerintah, dan selebihnya dibiayai sendiri oleh PMI.
Itu sebabnya, setiap orang yang perlu darah untuk transfusi diwajibkan mengeluarkan sejumlah uang. "Maksudnya bukan untuk membeli darahnya, tapi mendukung kebutuhan biaya-biaya tersebut, antara lain biaya kantong darah," tegas Dr. Yuyun. (sehatnews)
