Motif Abstrak Songket palembang
Songket palembang ditahun 2012 diprediksi
Kepada Sripo, pemilik Tria Busana ini mengaku sudah menyiapkan bentuk berbeda, seperti penggunaan benang sutera alam berwarna terang dan kontras dengan motif flora dan fauna. "Tidak spt biasanya songket selama ini kita temuin dengan motif bunga kaku satu satu tabur dan corak penuh ataupun bunga rapat,"katanya. Kedepan dia akan mengembangkan motif itu seperti motif flora tak hanya gambar bunga merapat saja namun lebih diperluas seperti bunga bertangkai, memiliki daun hingga pohon secara utuh. Ini tentu teksturnya akan semakin lengkap dan dinamis.
Meski
diakui Tria, pembuatannya akan lebih rumit dan lama, tapi ini bisa
menghasilkan suatu karya berbeda dari sebelumnya. Namun jika dikaitkan
dengan tren secara umum, Tria memprediksi produk songket tetap akan
diminati, khususnya yang menggunakan benang tembaga dengan warna-warna
soft seperti batik. Ini juga menjadi ciri khas Tria yang tidak selalu
menggunakan benang emas untuk pembuatan songket.
Dan songket inipun, lanjut dia, akan dikembangkan dengan proses teknik pembatikan dan semprotan pwrnaan abstrak
"Jadi
songket tembaga dengan wajah yang baru," katanya. Dan untuk memperluas
pemasaran, Tria tak pernah lupa membawa hasil karya tenunnya berupa kain
songket palembang yang bercita rasa lembut nan artistik. Dia boleh
berbangga dengan karyanya karena berhasil mengubah pandangan orang
mengenai kain tradisional yang selama ini dianggap kaku.
Saat bersinggungan dengan bangsa lain ketika bertandang ke luar negeri, songket selalu diperkenalkan. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, entah sedang liburan, mengikuti pameran, ataupun pagelaran busana di luar negeri. Hal seperti itu merupakan kesempatan dan peluang terbaik memperkenalkan sekaligus mempromosikan kekayaan budaya, utamanya produk kain tenun songket khas ranah Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan.
”Jangan sampai bangsa dan negara lain yang mengembangkannya,” kata Ir Alwantriati Tundrarizmi nama lengkap Tria.
Kain tenun songket hasil sentuhan kreatif-inovatif Tria amat berbeda dengan umumnya kain tenun songket tradisional. Pasalnya, kain songket hasil tenunannya lebih lembut dan elegan. Pasalnya, dalam proses pembuatan kain tenun, dia menggunakan benang yang tidak dilapisi tajin, mengurangi rajutan, dan menggunakan benang pakan metalik yang tidak kaku. Cirikhas ini juga akan terus dipertahankan.
”Motif terbaru kain tenun songket jumputan dari bahan baku katun dan sutra,” ujarnya.
Kain tenun songket hasil kreativitas Tria ini tidak saja menjadi penanda eksistensial songket warisan budaya bangsa, khususnya Bumi Sriwijaya, tetapi jauh melampaui waktu.
Realitas itu tersirat dari lembar-lembar kain yang terharmonisasi ke dalam sentuhan batik dan bordir. Selain itu, masih banyak lagi kain tenun dengan sentuhan songket bordir, songket tembaga, songket bordir tembaga, songket jumputan, dan songket bordir jumputan, songket tembaga bingkai, dan songket tembaga awan-awan. Sebagian hasil karya kreatif-inovatif tersebut oleh Tria Gunawan sudah dipatenkan ke Departemen Kehakiman.
”Orang lain mengikuti gaya kita, kita tidak bisa marah. Alhamdulillah, sangat bermanfaat, produknya seperti produk saya. Saya pun harus lari lagi, inovasi lagi dan mencari ide-ide dari sana-sini untuk menciptakan kreasi yang baru,” katanya.
Sebetulnya, kata dia, setiap daerah memiliki keunikan dan kekayaan etnik dan budaya, misalnya saja cendera mata.
”Setiap kali saya travelling ke daerah-daerah, dalam pikiran saya apa yang dapat dikembangkan untuk tenun songket,” ungkapnya.