Ayam Bakar Geprok
PROSES pemasakan ayam bakar melalui metode geprok alias penyet merupakan “senjata ampuh” Warung 11 yang terletak di Jl Mayor Ruslan No 401A Palembang, menampilkan cita rasa melezatkan. Betapa tidak, resapan bumbu bakar di antaranya ketumbar hingga kecap manis bisa dirasakan dari kulit hingga tulang ayam. Tak heran meski disebut ayam bakar, tetapi kemasan ayam yang berbentuk pipih bermodel penyet, membuat ayam ini terkadang disebut ayam bakar bistik penyet.
“Kami mencoba menghadirkan rasa yang benar-benar sesuai dengan selera wong plembang,” tukas Reni (43), pemilik sekaligus pengelola Warung 11. Pengemasan bermodel penyet pipih geprok, menurut Reni, sengaja dicipta agar rasa bumbu pada saat pembakaran bisa meresap hingga menghadirkan rasa yang berbeda. Bila warung makan lain lebih menguatkan rasa pada saat proses perebusan atau pengungkepan, tetapi khusus pada racikan Reni lebih menguatkan rasa pada saat pembakaran.
“Yang namanya ayam bakar bagi saya kekuatannya rasa tercipta saat dibakar, bukan diungkep seperti warung lain,” kata Reni yang mematok harga Rp 14 ribu per porsi lengkap dengan sayur lalapan, sambal hingga kuah bening sup. Pada saat proses pembakaran, metode yang diterapkan para koki mengusap bumbu bakar, yang terdiri dari campuran ketumbar, kecap manis dan mentega pada tiap bagian tubuh ayam hingga berwarna kuning kecoklatan. “Justru matangnya ayam bukan berwarna hitam tapi coklat, itu menandakan ayam itu benar-benar masak ditambah taburan bumbu ketumbar diatasnya,” kata Reni yang mulai merintis warung ayam bakar sejak lima tahun, lalu.
Tidak hanya menghadirkan rasa manis dari kecap saat pembakaran, ketika serpihan daging ayam sampai dilidah, kegurihan rasa mentega kental terasa. Bila tidak terlalu menyukai manisnya kecap, pelanggan juga bisa berpetualang dengan mengkombinasikan asamnya jeruk kunci yang ikut disajikan per porsinya. Dalam sehari sebanyak 20 ekor ayam utuh bisa laris diserbu pelanggan yang mendatangi toko yang dibuka sejak pukul 10.00 hingga pukul 21.00 per hari.