Banyak yang Salah Sangka, Ternyata Ini Asal Mula Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang Sebenarnya
Banyak yang Salah Sangka, Ternyata Ini Asal Mula Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang Sebenarnya
Penulis: fadhila rahma | Editor: pairat
Banyak yang Salah Sangka, Ternyata Ini Asal Mula Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang Sebenarnya
SRIPOKU.COM-- Bagi kaum muslim, Idul Fitri merupakan salah satu momen yang paling istimewa dari seluruh hari. Semua ummat muslim di seluruh dunia merayakannya dengan penuh kebahagian.
Hal ini dikarenakan telah berhasil berjuang menahan hawa nafsu dan menahan lapar dan haus di bulan Ramadhan.
Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang apa itu hari raya Idul Fitri. Kapan pertama kali dilaksanakaan hari raya tersebut.
Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya Hari RayaIdul Fitri disyari'atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun bari dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah.
Sejarah Hari Raya
Sebelum ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw di Makkah, masyarakat Jahiliyah Arab sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan.
Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta-pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga merayakan hari raya dengan bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.
Sebelum kita ikut merayakan Hari yang juga biasa disebut dengan lebaran ini, ada baiknya kita mengetahui sejarah dan kapan pertama kali dilakukan hari kemenangan tersebut.
‘’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam.
Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Daud dan Nasai)
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul mengutip sebuah hadits dari Abdullah bin Amar:
"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif (lemah). Rasulullah Saw membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu Bakar pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi. "’Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah Saw?’’ tanya Abu Bakar.