Bulu Tangkis
Sistem Skor Bulu Tangkis Kemungkinan Berubah Tidak Lagi 21
Sistem Skor Bulu Tangkis Kemungkinan Berubah Tidak Lagi 21, Sedang dipikirkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF)
Penulis: adi kurniawan | Editor: Budi Darmawan
Sistem Skor Bulu Tangkis Kemungkinan Berubah Tidak Lagi 21
SRIPOKU.COM - Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF) kemungkinan akan akan perubahan sistem skor yang saat ini 21.
Perubahab sistem skor ini tampaknya benar-benar memikirkan nasib bulu tangkis di masa depan serta makin gencar mengembangkan inovasi bulu tangkis di kancah pentas olahraga dunia.
• Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Ustaz Arifin Ilham Wafat Tepat Hari ke 17 Ramadan 1440 H
• Hasil Pertandingan Borneo FC vs Arema FC di Shopee Liga 1, Singo Edan Takluk di Kandang Pesut Etam
• Sumatera Terkena Pembatasan Pengguna WhatsApp, Instagram, Facebook, Ini Daftarnya Palembang?
Seperti diketahui saat ini, bulu tangkis menggunakan format best of three di mana pemain wajib mengambil dua gim untuk memastikan kemenangan.
Game poin berada di angka 20 di mana pemain yang berhasil meraih poin 21 terlebih akan menjadi pemenang gim tersebut.
Seperti dilansir BolaSport.com dari Xinhua, Poul-Erik Hoyer Larsen (Presiden BWF) menyebut bahwa bulu tangkis harus terus disempurnakan agar menjadi cabor yang makin menarik.
Mantan pemain tunggal putra terbaik Denmark itu tak segan mengungkapkan salah satu langkah besar BWF, yakni adanya kemungkinan perubahan sistem skor pada bulu tangkis.
BWF mewacanakan mengubah sistem 21 poin menjadi 11 poin serta menggunakan format lima gim (best of five).
Sistem itu membuat para pemain diwajibkan setidaknya mengantongi tiga gim untuk meraih kemenangan atas sang lawan.
"Menurut saya, 11 poin adalah hal paling tepat yang perlu dilakukan untuk membuat bulu tangkis makin menarik," ucap Poul-Erik Hoyer Larsen.
"Kami perlu terus berkembang dan membuat bulu tangkis menjadi lebih baik. Jika kami tidak begitu, kami akan jadi badan dunia yang tidak menarik bagi generasi berikutnya," katanya lagi.
Sebagian anggota BWF yang pro akan hal tersebut sebenarnya telah mengajukan proposal pada Rapat Tahunan BWF di Bangkok, Thailand, 2018 lalu.
Sayangnya, sebagian besar anggota BWF ada yang tidak setuju dan akhirnya proposal tersebut batal disetujui.
Poul-Erik Hoyer Larsen menilai kemungkinan mereka yang menolak adalah akibat waktu pengajuan proposal yang tidak tepat lantaran menjelang Olimpiade Tokyo 2020.
Dia mengklaim bukan tidak mungkin proposal itu akhirnya akan disetujui jika diajukan lagi seusai perhelatan ajang empat tahunan tersebut.