Benarkah Penembakan Brutal di Selandia Baru Terpicu Game Kekerasan? Ini Jawabannya
Benarkah penembakan brutal di Masjid kota Christchurch Selandia Baru oleh Brenton Tarrant sebagai dampak dari menonton video kekerasan?
SRIPOKU.COM- Benarkah penembakan brutal di Masjid kota Christchurch Selandia Baru oleh Brenton Tarrant sebagai dampak dari menonton video kekerasan?
Pertanyaan ini selalu mengemuka setiap kali terjadi aksi terorisme brutal.
• Sinyalkan Tanda OK Ternyata Ini Arti Simbol yang Diisyaratkan Brenton Tarrant Teroris Selandia Baru
• Inilah Identitas Teroris yang Tertulis di Senjata Brenton Tarrant Pelaku Penembakan di Selandia Baru
Selalu muncul pertanyaan, adakah kaitan antara kebiasaan menonton game / permainan berbau kekerasan dan efeknya terhadap agresivitas menyerang orang lain?
Yang pasti, nama Brenton Tarrant bisa dipastikan menjadi pembicaraan di berbagai belahan dunia, saat ini.
Brenton Tarrant, secara brutal menembaki jamaah masjid yang hendak menunaikan ibadah Salat Jumat di Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).
Tindakan biadab Tarrant, yang tak mengenal prikemanusian, membuat kaget sejumlah orang yang mengaku kenal dengannya.
Sebanyak 49 orang tewas akibat serangan membabibuta Tarrant dan senjata laras panjangnya.
Mengutip Kompas.com, perdebatan mengenai adanya hubungan antara game dan film bertema kekerasan dengan sifat agresif dalam kehidupan nyata telah cukup lama berlangsung.
Brenton Tarrant, pria biadab yang melakukan aksi penembakan brutal para jamaah Salat Jumat di Selandia Baru.
Brenton Tarrant, pria biadab yang melakukan aksi penembakan brutal para jamaah Salat Jumat di Selandia Baru. (heavy.com)
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa orang-orang yang bermain video game kekerasan dapat menjadi lebih peka terhadap kekerasan, menjadi lebih agresif, dan menunjukkan tingkat empati yang lebih rendah.
Tetapi, tim peneliti di Jerman mengatakan, dalam jangka panjang, game atau film bertema kekerasan dengan perilaku agresif tidak ada hubungannya.
Namun, dalam jangka pendek kemungkinan ada.
Dr Gregor Szycik, dari Hanover Medical School, mengatakan, "Kami berharap bahwa studi ini akan mendorong kelompok penelitian lain untuk memusatkan perhatian pada efek jangka panjang yang mungkin timbul dari video gameterhadap perilaku manusia."