SFC Update
Alasan Teja Pakualam Hengkang, Usai 7 Tahun Membela Sriwijaya FC dengan Rekor Kejutan
Alasan kiper Teja Pakualam Hengkang, Usai 7 Tahun Membela Sriwijaya FC dengan Rekor Kejutan
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Rizka Pratiwi Utami
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Keputusan berat harus diambilnya, Alasan kiper Teja Pakualam Hengkang Usai 7 Tahun Membela Sriwijaya FC dengan Rekor Kejutannya itu memang sudah diprediksi para suporter Sriwijaya FC dan publik Sumsel.
Teja Pakualam, memang Dinobatkan Labola sebagai Kiper dengan penyelamaan terbaik dan dianggap memiliki statistik di atas rata-rata kiper di Liga I Indonesia. Maka itu, tidak heran jika nama Teja Pakualam menjadi kiper yang paling diincar klub-klub Liga I Indonesia, terutama sejak timnya Sriwijaya FC terdegradasi.
Teja sapaannya, memang sebenarnya masih berhasrat untuk bermain di Sriwijaya FC meski di Liga 2. Namun, kondisi Sriwijaya FC yang masih dalam tahap konsolidasi, maka manajemen tidak kuasa menahan aset terbaiknya itu pergi. Namun dia harus membuat keputusan berat karena ayahnya.
Memang pasca Sriwijaya FC teregradasi, Teja diincar banyak klub, nama Persebaya Surabaya menjadi yang terdepan selain Madura United dan Persija Jakarta, namun, pemain yang pernah menimba ilmu di Uruguay ini, memilih tim kampung halamannnya Semen Padang yang baru saja promosi ke Liga I akhir musim 2018 lalu.
Teja pun memiliki alasan penting dan sebuah keputusan berat yang harus dilakukannya. Sebagai mantan pemain Sriwijaya FC U-21, Teja memang berangkat dari tim junior dengan membawa Sriwijaya FC U-21 kala itu menjadi juara ISL U-21 di musim 2013, dia kemudian promosi ke SFC disenior di masa kepelatihan Widodo C Putro.
Tidak heran jika Teja mengaku berat meninggalkan Sriwijaya FC. Ia harus menyudahi karier di Sriwijaya FC selama kurang lebih delapan tahun. Maka itu dia perpamilan dan meminta maaf kepada suporter Sriwijaya FC. Bukan hanya karena karir, tetapi juga karena ingin dekat dengan ayahnya.
Ayah Menjadi Alasan Utama
Ia mengaku sangat senang bergabung dengan Semen Padang. Merasakan suasana tim sangat bagus dan adaptasi berjalan mulus. Hal itu menurutnya, karena sebagian besar pemain sudah saling kenal lama.
“Kemarin itu banyak tawaran setelah Liga 1 usai. Saya pilih bermain di Semen Padang, karean alasan orang tua yang lagi sakit. Sebelum memutuskan karier saya bertanya kepada orang tua dulu, keputusan orang tualah yang saya jalani,” ungkap Teja, Selasa (15/1/2019).
Teja semakin bersemangat karena ia bisa lebih sering mengunjungi keluarga. Jarak Padang dan Pesisir Selatan, kampung halaman Teja, bisa ditempuh dengan waktu 2 hingga 3 jam saja.
Terkait target di tim Kabau Sirah, Teja mengaku tidak muluk-muluk. Baginya, bisa merealisasikan target tim sudah merupakan pencapaian yang baik.
“Harapan saya untuk kompetisi nanti, bisa membawa Semen Padang lebih baik lagi dan merealisasikan target tembus lima besar,” tutup Teja.
Memang, Teja Paku Alam bukan sosok asing bagi publik sepak bola Sumatra Barat. Jebolan PPLP Sumbar itu sudah dinanti oleh suporter Semen Padang sejak awal tahun ini. Usai dari PPLP Sumbar dia kemudian masuk sebagai pemain potensial dalam program pembinan SAD Uruguay, nasib membawanya ke Sriwijaya FC U-21 dan menjadi bagian penting dalam karirnya.
Usai membawa SFC U-21 juara ISL U-21, Teja kemudian ditarik oleh Pelatih Widodo C Putro pada musim 2015 untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan di bahwa mistar Sriwijaya FC hingga musim 2018.
Kini Teja memulai petualangan profesionalnya, karena untuk pertama kalinya meninggalkan Palembang dan memperkuat klub lain sepanjang karirnya, meski Semen Padang memang tidak asing bagi pemain kelahiran Padang Sumbar ini.

Kiper dengan penyalamatan terbaik.