Tak Perlu Ditempelkan ke Tubuh, Ini Dia Alat Canggih Pengontrol Kesehatan ala Profesor Dina Katabi
Untuk melihat kegunaannya, profesor Dina memperlihatkan data yang diambil dari 8 minggu monitoring di rumah penderita Parkinson.
SRIPOKU.COM – Saat ini beragam perangkat digunakan oleh manusia untuk memonitor kesehatannya.
Misalnya, seperti yang dilakukan oleh Apple Watch Series 4 yang baru saja diumumkan beberapa saat lalu.
Nah, bagaimana bila akan tiba saatnya kamu tidak perlu lagi menggunakan perangkat apapun di badan, tetapi kondisi badanmu tetap termonitor bahkan ketika dihalangi tembok sekalipun?
Hal inilah yang sedang dikembangkan oleh Dina Katabi, profesor perancangan kelistrikan dan ilmu komputer dari MIT (Massachusetts Institute of Technology).

Melalui perangkat berbentuk kotak yang dikembangkannya di laboratoriumnya, beragam sinyal fisiologi yang dimiliki manusia bisa terus terdeteksi.
Sinyal yang bisa ditangkap oleh perangkat ini cukup banyak, misalnya nafas, detak jantung, tidur, gerakan, dan masih banyak lagi.
Tujuan profesor Dina tentu saja untuk menggantikan beragam perangkat yang merepotkan ketika sedang memonitor subyek tes ketika di laboratoriumnya.
Dengan demikian, peneliti tidak perlu lagi memasangkan beragam kabel dan detektor di badan pasien, seperti yang biasa terjadi ketika sedang meneliti kebiasaan tidur penderita Alzheimer.
Perangkat yang berguna ini dikemukakan pada saat profesor Dina berbicara di acara MIT Technology Review.

Tepatnya, pada saat konferensi EmTech di Cambridge.
Cara alat ini bekerja adalah dengan mendeteksi perubahan electromagnetic field yang terjadi pada saat manusia melakukan gerakan sekecil apapun, bahkan pada saat hanya bernafas.
Kemudian, perangkat yang dibuatnya akan memancarkan sinyal nirkabel rendah daya dalam radius dua ruangan di apartemen, dan sinyal itu akan menangkap perubahan yang terjadi di badan manusia.
Hasil dari sinyal tersebut nantinya akan dianalisa menggunakan bantuan machine learning.
Kemudian, setelah itu diterjemahkan ke dalam data fisiologi.
Saat ini, perangkat tersebut telah dipasang di 200 rumah, baik orang yang sehat maupun penderita penyakit seperti Parkinson, Alzheimer, dan depresi.
