Palembang Mulai Berkabut, Ini Penjelasan Lengkap BMKG, Ternyata Bukan Asap!
Bahkan kabut asap tak hanya terasa di jalan raya, di dalam rumah pun kabut asap terasa menusuk ke hidung.
Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kualitas udara di kota Palembang sejak beberapa hari terakhir mulai terasa adanya kabut asap.
Khususnya pada waktu malam hari kabut asap makin terasa menusuk ke hidung masyarakat kota pempek.
Pantauan konsentrasi partikulat PM 10 pada pagi hari menunjukkan bahwa kualitas udara Palembang mulai menunjukkan diagram atau naik satu tingkat dari kondisi udara baik.
Sejumlah warga pun mengaku mulai terganggu dengan kondisi tersebut lantaran mengganggu pernapasan warga.
Bahkan kabut asap tak hanya terasa di jalan raya, di dalam rumah pun kabut asap terasa menusuk ke hidung.
"Palembang mulai berasap, sepertinya dampak karena kebakaran hutan dan lahan," ujar Irul seorang warga Plaju, Minggu (16/9/2018).
Senada, Hidayat warga lainnya mengaku sejak beberapa malam terakhir kabut sangat terasa ketika melintas di jalan raya.
Setiap pulang kerja di malam hari ia pun terpaksa menggunakan masker lantaran kabut asap seakan menyerbu pernapasan.
"Syukur Asian Games kemarin Palembang bebas asap, tapi nampaknya kabut asap sekarang baru mulai terasa," jelasnya.
Pantauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang cuaca udara kota pempek mulai kabur, dengan suhu 23 C.
Kendati demikian, jarak pandang saat ini masih terbilang aman yakni 3 KM dengan titik embun 22 C dan tekanan udara 1009 Hpa.
Kasi Data dan informasi BMKG Kenten Palembang, Nandang mengatakan berdasarkan pantauan konsentrasi kualitas udara yang terpantau dari alat PM10 milik BMKG berada pada level baik hingga sedang atau tidak melebihi ambang batas.
"Dari pantauan satelit kita kualitas udara masih masuk dalam kondisi sedang, secara grafik masih berwarna kuning," ujarnya.
Ia menjelaskan, memang sejak beberapa hari terakhir cuaca Palembang sedikit kabur.
Namun hal tersebut dipastikan bukan karena kabut asap dari Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla).
"Berdasarkan pantauan alat kami bukan kabut asap," tegas dia.
Berdasarkan patauan titik hotspot dari satelit BMKG tanggal 13 September 2018, terdapat dua titik hotspot atau titik api dengan tingkat kepercayaan diatas 70%-80% pada lokasi OKI dan OKI bagian Barat.