Asian Games 2018

Gunakan Bahasa Isyarat, Omzet Pedagang di Areal Asian Games Jakabaring Palembang Meningkat

Perhelatan Asian Games 2018 di KomplekS Jakabaring Sport City (JSC) Palembang saat ini masih berlangsung meski beberapa cabor telah menyelesaikan

Penulis: Reigan Riangga | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/REIGAN
Turis asing saat mencari souvenir di Bazar Jakabaring Sport Center (JSC) Palembang, Rabu (22/8/2018). 

Laporan wartawan Sripoku.com, Reigan

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Perhelatan Asian Games 2018 di KomplekS Jakabaring Sport City (JSC) Palembang saat ini masih berlangsung meski beberapa cabor telah menyelesaikan pertandingan.

Selain berjuang demi nama negara serta mendukung para atlet peserta Asian Games 2018, turis lokal maupun mancanegara juga tidak sedikit mengunjungi bazar yang berada di Kompleks JSC Palembang untuk sekedar membeli dan dibawa pulang ke negara asal.

Baca: Atlet Asian Games Ikut Sholat Id di Masjid Agung Palembang

Pantauan Sripoku.com, Rabu (22/8/2018), meski masih dalam suasana Hari Raya Idul Adha, para atlet serta ofisial dari negara peserta Asian Games 2018 tidak sedikit mengunjungi bazar maupun super store untuk mencari sesuatu menarik dijadikan souvenir oleh-oleh.

Meski demikian, lantaran terkendala bahasa transaksi jual beli di Bazar Asian Games 2018 ini pun harus menggunakan bahasa isyarat.

Salah satu pedagang souvenir di Bazar Asian Games 2018 di Kompleks JSC Palembang, Edi Marwan mengatakan, salah satu barang yang paling dicari para turis adalah souvenir dan makanan khas Palembang.

Baca: Bertanding Saat Idul Adha, Dayung Indonesia Loloskan 3 Nomor ke Final

Para turis baik yang sengaja datang untuk mendukung tim kebanggaan maupun para atlet dan ofisial negara peserta Asian Games banyak berburu makanan lokal hingga souvenir kepada para pedagang.

“Beberapa hari ini omzet penjualan terbilang besar. Apalagi pada hari libur maupun di akhir pekan,” ungkapnya kepada Sripoku.com, Rabu (22/8/2018).

Menurut Edi, dia bersama pedagang lainnya terkendala dalam bahasa saat bertransaksi dengan turis atau orang asing.

Hal ini terjadi karena antara pembeli dan pedagang sama-sama tidak bisa menggunakan bahasa internasional seperti bahasa Inggris dan Mandarin.

Baca: Idul Adha 2018, Alex Noerdin Kurban Sapi Jenis Limosin, Beratnya Hampir Satu Ton

“Kadang turis datang sendirian tanpa didampingi penerjemah dan mereka tidak bisa bahasa internasional yang kami juga belum mengerti. Jadi pilihan terakhir kita gunakan bahasa isyarat dalam transaksi jual beli,” ujarnya.

Edi mengaku, komunikasi isyarat sendiri terbilang lebih rumit.

Pasalnya banyak hal yang tak bisa diungkapkan saat bertransaksi.

Salah satu cara yang digunakan jika ada pembeli dari luar negeri untuk memberitahu harga setiap barang kepada mereka melalui metode memperlihatkan nominal uang.

Baca: Usai Sholat Ied Berjamaah, Pangdam II Sriwijaya Saksikan Pemotongan Kurban

“Jika setuju maka mereka akan membayar dengan harga yang ditentukan. Namun, yang sulit itu jika mereka bertanya atau mencari sesuatu yang saya tidak tahu sehingga saya tunjukkan satu-satu hingga ketemu yang mereka cari,” kata dia.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved