Tertutup Kabut Tebal, Jembatan Ampera Palembang Pagi Ini 'Hilang'

Warga yang hendak menuju tempat kerjan dan sekolah terpaksa memakai masker serta menghidupkan lampu ligt on kendaraan masing-masing.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM/ODI ARIA

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -Kabut tebal menyelimuti kota Palembang, Selasa (3/7/2018) pagi.

Bahkan akibat kejadian tersebut jembatan kebanggaan masyarakat Kota Palembang yakni Jembatan Ampera terlihat tak Indah dan nampak "menghilang" ditelan gelapnya kabut.

Tebalnya kabut, membuat aktifitas masyarakat pada pagi hari cukup terganggu.

Warga yang hendak menuju tempat kerjan dan sekolah terpaksa memakai masker serta menghidupkan lampu ligt on kendaraan masing-masing.

Akibat tebal kabut membuat jarak pandang pun cukup terganggu, pengendara pun hanya dapat melihat jarak pandang sekitar 100 meter.

Kabut menutupi kota palembang
Kabut menutupi kota palembang (SRIPOKU.COM/ODI ARIA)

"Saya belanja sayur pagi tadi, biasa pakai lampu biasa. Tapi tadi terpaksa harus pakai lampu jauh, biar bisa lihat karena kabutnya tebal sekali," kata Ida pembeli sayur di pasar Pagi Induk Jakabaring Palembang.

Senada, Alfian driver ojek online lainnya mengaku sangat terganggu dengan kondisi kabut tebal tersebut.

Ia mengaku pandangan pun menjadi buruk ditambah lagi sesaknya nafas jika menghirup udara, membuatnya wajib menggunakan masker saat narik.

"Waktu antar penumpang tadi kabutnya gelap bukan main, ampera saja tidak kelihatan. Kalau gak pake masker bisa sesak nafas," ungkap dia.

Kasi Informasi BMKG Bandara SMB II Palembang, Agus Santosa mengatakan menurut pengamatan aktual cuaca bandara SMB II Palembang kondisi Palembang memang diselimuti kabut, akan tetapi kejadian diklaim bukan merupakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.

"Ini kabut embun atau kabut radiasi. Bukan kabut asap akibat karhutla," tegasnya.

Ia mengungkapkan, kabut radiasi esberarti kabut yang terjadi karena pendinginan permukaan bumi sehingga udara di dekatnya cukup dingin untuk mengembunkan uap air yang terdapat di dalamnya.

Kondisi suhu udara yang dingin dibawah tapi ke atas masih hangat disebut terjadi "inversi" namun kondisi tersebut akan normal kembali jika telah terjadi pemanasan sinar matahari.

"Sehingga grafik suhu udara vertikal akan normal makin ke atas semakin dingin, jadi tunggu saja biar dipermukaan dipanasi sinar matahari dulu," jelasnya

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved