Menanti Sentuhan Kurnia Sandy, Pelatih Kiper Sriwijaya FC Jebolan Sampdoria

Kurnia Sandy saat membesut kiper Sriwijaya FC saat ini mengatakan bahwa mental merupakan kunci mutlak yang harus dimiliki seorang penjaga gawang

Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Budi Darmawan
ist
Kurnia Sandy 

Laporan Wartawan Sripoku.com - RM Resha A.U

SRIPOKU.COM, PALEMBANG--Tak banyak yang tau sepak terjang Kurnia Sandy di dunia sepakbola Indonesia. Nama Pelatih Kiper Sriwijaya FC ini memang sunyi seiring dengan posisinya sebagai penjaga gawang.

Timnas Indonesia sempat membuat rekor, di tahun 1996. Pertandingan yang terus dikenang penggila bola Indonesia, karena saat itu merupakan kali pertama Tim Garuda menembus putaran final Piala Asia 1996 yang diselenggarakan oleh Uni Emirat Arab (UEA) saat itu.

Tak kalah geger, saat itu Widodo C. Putro berhasil mencetak gol dengan bycyle kick-nya yang kontroversial ke gawang Kuwait. Gol yang disebut-sebut terbaik di gelaran Piala Asia itu, justru menjadi tantangan bagi Kurnia Sandy.

Di saat orang lain terpesona akan gol salto yang diciptakan Widodo, Kurnia Sandy justru memasang mode siaga saat itu. Maklum, tertinggal satu angka di menit ke-20 membuat Kuwait bernafsu untuk mengejar ketertinggalan dalam laga tersebut.

Benar saja, sesaat setelah Indonesia menggandakan keunggulan melalui Ronny Wabia, Kuwait semakin melakukan serangan tanpa henti. Gengsi mereka dalam membela nama negara, membuat mereka ogah kalah dari tim Indonesia.

Di sinilah kemampuan Kurnia Sandy teruji. Jebolan Sampdoria itu berhasil mempertahankan performa apiknya di bawah mistar gawang, menepis segala upaya lawan dalam membobol jala yang dijaganya. Dan tanpa ia sadari, kiper jebolan Sampdoria ini telah melakukan lima kali penyelamatan berbahaya.

Sayang, striker Kuwait Saqer akhirnya berhasil menjebol gawang yang dikawalnya di menit ke-72. Bahkan lima menit setelah itu, Sandy terpaksa ditarik keluar lapangan: hidungnya patah dan mulai mengeluarkan banyak darah. Ia akhirnya digantikan oleh Hendro Kartiko, dan Kuwait akhirnya menyamakan kedudukan. Indonesia dipaksa menyudahi pertandingan dengan hasil imbang 2-2.

Di satu kesempatan wawancara, Kurnia Sandy saat membesut kiper Sriwijaya FC saat ini mengatakan bahwa mental merupakan kunci mutlak yang harus dimiliki seorang penjaga gawang. Bahkan, mental mendapat porsi terbanyak ketimbang skill individu.

“Kalau kiper sih, 70 persen mental, sisanya teknik individu. Kalau teknik bagus tapi mental lemah, hancur juga,” terangnya saat diwawancarai Selasa (20/3).

Mental tersebut yang membuat ia masih mampu berdiri tegak kala itu. Buktinya ia berhasil membendung gelombang serangan musuh tanpa gentar, meski kala itu tekanan mempertahankan dua gol yang sudah didapat cukup besar.

Dan hal tersebut diajarkannya dengan baik oleh keempat kiper Laskar Wong Kito yang saat ini diasuhnya. Yaitu Teja Paku Alam, Sandy Firmansyah, Dikri Yusron Afafa dan Rangga Pratama. Ia berharap, keempat anak asuhnya saat ini dapat menjaga mental mereka sebelum mengarungi kompetisi Liga 1 2018 dan Piala Indonesia 2018 mendatang.

“Mudah-mudahan mereka bisa mengeluarkan kemampuan maksimalnya, bisa menjaga mental sehingga kondisi psikis mereka menjadi fokus,” jelasnya.

kurnia sandy
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved