Pemuda Ini Miskin dan Punya Penyakit Aneh,Tapi Penghuni Langit Mengagungkannya, Ternyata Amalannya
Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi dia bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.
Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis
SRIPOKU.COM-- Sungguh tidak ada kecerdasan yang lebih tinggi, amal yang sangat mulia, dan pahala paling agung dari diri seorang Muslim setelah ia beriman dan berjihad kecuali senantiasa memuliakan orangtuanya dan merawatnya hingga akhir hayat.
Secara gamblang Allah menyebutkan dalam firman-Nya bahwa kedudukan orangtua sangat mulia.
Bahkan karena begitu mulianya, Allah langsung memandu umat Islam jangan sampai salah dalam bergaul untuk memuliakan orangtua, lebih-lebih di usia mereka yang sudah lanjut. Berkata “ah” saja kepada orangtua, Allah sangat melarangnya.
Bagaimana cara berbakti kepada orangtua? untuk menjawab secara terperinci, ada baiknya kita menyimak dan mencontoh kisah keteladanan seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni yang sangat berbakti kepada orangtuanya.
Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya, seorang wanita tua yang lumpuh.
Uwais senantiasa merawat dan menuruti semua permintaan Ibunya. Satu permintaan ibunya yang teramat berat bagi Uwais untuk diturutinya.
"Anakku, mungkin Ibu tak akan lama lagi hidup bersamamu, ikhtiarkanlah agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Makkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas.
Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangatlah miskin dan tak memiliki kendaraan apapun untuk keperluan ini.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu. Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi dia bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh. Tak pernah ada hari yang terlewatkan, ia menggendong lembu naik turun bukit.
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan setiap hari, beban anak lembu yang semakin besar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang semakin besar.
Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari.
Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa.
"Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."