Kisah Akhir Hayat Penggemar Musik dan Pencinta Al-Qur’an, Bikin Netter Merinding dan Menangis

Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku.

Penulis: Darwin Sepriansyah | Editor: Darwin Sepriansyah
tribunsolo
ilustrasi kecelakaan [Foto ini tidak ada kaitan dengan isi berita] 

SRIPOKU.COM --- Konsep kematian dalam Islam berbeda dengan konsep kematian secara umum. Secara umum, masyarakat mengkategorikan mati berdasar cara kematian dan membaginya atas mati baik dan mati tidak baik.

Bila ada orang yang mati tertabrak kereta, kecelakaan lalu lintas, tenggelam, kecelakaan pesawat dsb, maka dianggap matinya tidak baik, terlepas dari apa yang dilakukan saat mati. Dan bila orang menghembuskan nafas dengan tenang, seperti mati karena penyakit kronis atau ketuaan maka matinya dianggap mati baik.

Dalam Islam, baik atau tidaknya kematian bukan ditentukan oleh sebab tetapi oleh apakah kematian tersebut dalam keadaan Islam dan berbuat kebaikan atau tidak. Orang yang mati dalam keadaan Islam dan berbuat kebaikan atau ibadah disebut mati baik atau husnul khatimah dan sebaliknya orang yang mati dalam kemaksiatan dan kekafiran disebut mati buruk atau suul khatimah.

Dengan konsep ini, walaupun orang mati bersimbah darah atau lewat kejadian tragis, tetapi bila itu terjadi saat beribadah dijalan Allah, maka kematiannya dianggap husnul khatimah atau mati baik. Sementara orang yang mati tenang tetapi dalam keadaan maksiat, maka matinya dianggap suul khatimah atau mati tidak baik.

Allah pun sudah menetapkan tanda-tanda khusnul khotimah, salah satunya adalah mengucapkan kalimat Syahadat ketika wafat.

Kisah di bawah ini yang dilansir dari buku “Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab”; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; Penerbit : Akafa Press Hal. 48, menjadi pelajaran bagi setiap muslim. Netter yang sudah membaca kisah ini dari dunia maya pun, merasa merinding dan sedih. Bahkan yang mengkisahkan cerita ini pun bertobat dari kebiasaan buruknya.

Ami; Subhanallah..Cerita yg luar biasa.. Sy sampai merinding dan menangis.. Ternyata Allah swt senantiasa memberikan taufik dan hidayahNya pada umat2Nya walaupun mereka sudah melampaui batas mereka sendiri..
Bersyukurlah karna Allah swt masih mengingat qt walaupun dgn teguran yg amat menyiksa.. Yakinlah kalo Allah swt rindu akan kembalinya ke jalanNya lagi..
Mudah2an qt slalu dirahmati oleh Allah swt dan terlindung dr kejahatan yg qt buat sendiri..Amin ya Rabb

ridwan; sungguh cerita yang membuat hati ini terketuk,,, terimakasih share-nya,,,

sandy w; dah pernah baca…tp tetep aja subhanallah….

devi; pelajaran berharga , ok setuju smoga diamalkan kita smua agar slama di jalan tidak mendengarkan lagu tapi mengingat ALLAH

Penasaran? Berikut Kisahnya: 

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam.

Demikian pula ayahku, dia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada’ diri sendiri: ”Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”

Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved