Kontes Ayam Pelung
Gelar Hikmah Jaya Cup, Hippapi Sumsel Dorong Perkonomian Warga
"Kukudur, jenis suara kokok besar, kekelur jenis suara kokok sedang, kukulir jenis suara kokok kecil," katanya.
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Demi meningkatkan minat dan perkonomian warga serta anggota, Hippapi (Himpunan Penggemar Penghias Ayam Pelung Indonesia) Sumsel bekerjasama dengan Hikmah Jaya Farm, menggelar Hikmah Jaya Cup yang diikuti ratusan peserta dari Sumsel dan sekitarnya.
"Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Hippapi dan Hikmah Jaya Farm, event ini yang kedua kalinya digelar sebagai agenda tahunan. Sementara total dari agenda Hippapi, ini kontes yang keempat. Tujuan kita jelas, selain mengenalkan ayam pelung yang sebenarnya sangat baik untuk pengembangan perkonomian rakyat," kata Asep H, Ketua HIPPAPI Sumsel, Senin (29/8).
Kontes ini sendiri digelar 28 September lalu, diikuti ratusan peserta yang menyiapkan jagoan masing-masing untuk merebut Piala Hikmah Jaya."Alhamdulillah kegiatan ini berjalan lancar, ini bagian terpenting dari agenda Hippapi Sumsel," jelasnya.
Dikatakan Asep, anggota Hippapi di Sumsel ada 300 anggota, namun penggemar dan peternak sudah banyak, kebanyakan dari mereka hanya hobi semata bukan untuk mengikuti kontes.
Menurut Asep untuk menjadikan seekor ayam pelung menjadi jagoan di sebuah kontes perlu waktu lama, minimal selama 1,5 tahun atau 18 bulan lebih. Itupun baru ketahuan dan melihat si ayam baru bisa berkokok."Tetapi belum tentu bagus," jelas Asep.
Menurut dia, dalam kontes ini tidak hanya bunyi atau kokok namun kategori lain yakni penampilan atau bodi dan berat atau bobot si ayam."Jadi ada tiga kategori," jelas Asep.
Ditambahkan Asep, salah satu kolektor dan pemilik ayam pelung adalah mantan Wakil Gubernur Sumsel H Eddy Yusuf."Selain memiliki ayam pelung yang sudah bisa berkokok perlu perawatan khusus agar lebih baik," ujarnya.
Pria yang juga pemilik ayam peluang sekaligus peternak ini mengaku, banyak ayam peliharaannya yang juara. Maka di kontes kali ini dia tidak ikut serta, demi memberikan kesempatan anggota lain. Adapun harga ayam peluang yang sudah jadi sekitar Rp1 juta hingga Rp 5 juta. Sementara jika menang bisa mencapai Rp10 juta lebih.
"Harganya kadang-kadang tidak ada masuk akal jika sudah menyangkut hobi dari anggota komunitas," ujarnya.
Sementara Bukhori, juri yang didatangkan dari Cianjur Jawa Barat, kontes ini terdiri dari tiga kategori penilaian yakni
irama atau bunyi, berat atau bobot, dan penampilan. Sementara untuk bunyi terdiri dari angkatan tengah dan ujung keserasian suara.
"Kukudur, jenis suara kokok besar, kekelur jenis suara kokok sedang, kukulir jenis suara kokok kecil,"
katanya.