Kultum Ramadan

Ramadan Bulan Sadar Diri

MARHABAN ya Ramadan 1437 H, bulan suci itu telah datang kembali dan kaum muslimin bersuka cita menyambutnya. Bersuka cita karena pada bulan ini dijanj

Editor: Bedjo
infominati.blogspot.com
Ilustrasi. 

Oleh: Yazwardi
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

SRIPOKU.COM - MARHABAN ya Ramadan 1437 H, bulan suci itu telah datang kembali dan kaum muslimin bersuka cita menyambutnya. Bersuka cita karena pada bulan ini dijanjikan pahala yang berlipatganda dan dihapusnya sebagian besar dosa-dosa. Kaum muslimin bersiap-siap menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan berbagai kegiatan. Mulai dari bersih-bersih masjid, musala, dan tempat ibadah lainnya.

Berita Lainnya: Marhaban Ya Ramadan

Hampir di sepanjang tahun, di malam-malam pertama bulan Ramadan, kaum muslimin berduyun-duyun ke masjid, musala dan tempat ibadah lainnya untuk melaksanakan Salat Tarawih berjemaah dan mendengarkan tausiyah penceramah dan keesokannya berpuasa. Hampir seluruh tempat ibadah penuh sesak dipadati jemaah yang ingin beribadah. Pemandangan yang sangat "mengembirakan" itu menunjukkan seolah-olah semua orang ingin saling berebut pahala pada bulan yang penuh barokah dan maghfiroh ini.

Apakah makna berpuasa yang sebenarnya, kaum muslimin sejenak harus menahan dahaga dan lapar di siang hari selama sebulan penuh sebagai perintah Allah yaitu ibadah shiyam (berpuasa). Secara harfiyah, berpuasa berarti menahan diri (Al Imsak 'an), yaitu meninggalkan makan dan minum dan hal-hal lainnya yang membatalkan puasa pada siang hari. Namun pengertian lainnya, berpuasa berarti memfungsikan diri dengan (Al-Imsak bi) perbuatan-perbuatan yang mulia dan bernilai ibadah.

Pengertian yang pertama mengandung makna bahwa kita diperintahkan untuk mengosongkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi walaupun sejatinya dihalalkan. Sedangkan pengertian kedua berarti kita diperintahkan untuk menghiasi diri kita dengan perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang bernilai ibadah wajib dan ibadah sunnah serta ibadah sosial lainnya. Jika kedua komponen ini tercapai, maka akan terbentuklah kepribadian muslim sejati yaitu kepribadian orang-orang yang bertakwa (Muttaqin) sebagaimana tujuan dari berpuasa itu sendiri (QS Al-Baqarah:183)

Sebagian dari pesan Rasululllah SAW dalam menyambut Ramadan:... Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.

Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orangtuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu salatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya... (HR.Ibnu Huzaimah).

Dua pekan sebelum masuk Ramadan 1437 H ini, kita cukup dibuat "lelah" melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi di sekitar kita melalui berbagai pemberitaan media massa. Pemerkosaan dan pembunuhan atas anak-anak yang tidak berdosa, narkoba, pornografi, korupsi, dan peristiwa-peristiwa mengerikan lainnya.

Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ini justru kerap dianggap sebagai negara yang jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri. Ramadan sebagai momentum menjadi bulan yang seharusnya menyadarkan kita kembali untuk menjadi pribadi muslim yang muttaqin. Saatnya kita insyaf dan sadar diri untuk kembali ke fitrah sebagai hamba Allah yang menghambakan diri kepada-Nya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved