Seorang Pria Menangis Saat Mendengar Adzan. Ini Penyebabnya
“Andaikan manusia mengetahui apa yang dikatakan oleh muadzin pasti tidak dapat istirahat dan tidur.”
Penulis: Aminudin | Editor: Sudarwan
SAIED bin Jubair berkata, ketika kami bersama Ibnu Abbas ra di masjid Tha’if, juga bersama Ikrimah, Maimun bin Mahran dan Abul Aliyah, muazin naik dan berseru: Allahu Akbar 2x. Tiba-tiba Ibnu Abbas menangis sehingga basah serbannya dan merahlah matanya.
Abul Aliyah bertanya: “Hai sepupu Rasulullah, mengapa begitu sedih dan menangis, kami biasa mendengar azan dan tidak menangis, tetapi kini, kami menangis karena tangismu?”
Ibnu Abbas berkata : “Andaikan manusia mengetahui apa yang dikatakan oleh muadzin pasti tidak dapat istirahat dan tidur.”
Lalu ditanya: “Tolong beritahukan kepada kami apakah yang diserukan oleh muadzin itu!”
Ibnu Abbas menjawab: "Apabila muadzin berseru Allahu Akbar, Allahu Akbar, berarti ia berkata: Hai orang-orang yang sibuk, hentikan kesibukanmu untuk menyambut adzan, istirahatkan badanmu, dan segerakan untuk berbuat kebaikanmu.
Dan jika berseru: Asyhadu an la ilaaha illallah, seolah-olah berseru: Aku persaksikan kepada semua penduduk langit dan bumi, supaya menjadi saksi untukku di sisi Allah pada hari kiamat bahwa aku telah memanggil kamu.
Dan jika berseru: Asyhadu anna Muhammada Rasulullah berarti berseru: Menyaksikan untukku pada hari kiamat para Nabi dan juga Nabi Muhammad SAW bahwa aku memberitahu kepadamu tiap hari lima kali.
Dan bila berseru: Hayya alash shalah, seolah-olah berkata: Sungguh Allah telah menegakkan agama untuk kamu maka tegakkanlah olehmu.
Dan bila ia berseru: Hayya ala falah, seolah-olah ia berseru: Masuklah kalian dalam rahmat, dan ambillah bagimu dari petunjuk.
Dan bila berseru: Allahu Akbar, Allahu Akbar, seolah-olah berseru: Haram segala pekerjaan sebelum mengerjakan sembahyang.
Dan bila ia berkata: Lailaaha illallah, seolah-olah berkata: Inilah amanat tujuh petala langit dan bumi telah diletakkan di atas lehermu, maka terserah padamu jika kamu akan melaksanakan atau mengabaikan.”
Wallahu a’lam bishshawab.
(Sumber : Tanbihul Ghafilin 2 by Abullaits Assamarqandi)