Jantung Berdebar-debar, Berbahayakah? (2)

Pada keadaan normal, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60 – 100 detak/menit.

Editor: Bedjo
Shutterstock
Pada kondisi tertentu, bisa saja denyut jantung di atas 100 detak/menit dan dianggap normal, misalnya saat sedang berolahraga, sedang jatuh cinta, atau stres menghadapi ujian. 

SRIPOKU.COM - Pada keadaan normal, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60 – 100 detak/menit. Namun pada kondisi tertentu, bisa saja denyut jantung di atas 100 detak/menit dan dianggap normal.

“Tapi, jika tiba-tiba irama jantung menjadi cepat, padahal Anda sedang dalam kondisi stabil dan tidak sedang melakukan aktivitas tertentu, sebaiknya waspada. Bisa jadi, Anda mengalami aritmia atau gangguan irama jantung,” kata dr. Beny Hartono, Sp.JP, FIHA, dalam seminar “Current Update in Cardiac Arrhytmia Management ” di RS Premier Bintaro, beberapa waktu lalu.

Naskah sebelumnya: Jantung Berdebar-debar, Berbahayakah? (1)

Lambat Juga Bahaya
Selain takiaritmia , gangguan irama jantung lainnya adalah bradiaritmia , yakni kelainan irama jantung yang melambat hingga di bawah 60 detak/menit. “Kalau sedang tidur, relaks, atau meditasi, denyut jantung di bawah 60 detak/menit masih normal,” kata Beny.

Bradiaritmia biasanya disebabkan kurangnya impuls listrik dari SA Node ke AV Node . Layaknya aki yang sudah soak, jantung tidak dapat berfungsi dengan baik. Bisa juga disebabkan oleh infeksi virus dan pengaruh obat-obatan. “Brakiaritmia bisa menyebabkan penderita pingsan atau kliyengan karena konsumsi oksigen melalui darah ke otak kurang,” kata Beny.

Ada beberapa sebab bradiaritmia , misalnya penggunaan obat-obatan penurun detak jantung yang terlalu banyak, pasien serangan jantung, atau karena usia tua (degeneratif). Jika penyebabnya degeneratif, biasanya fungsi pacu jantung tidak bisa dikembalikan sempurna karena selnya sudah rusak. Maka harus dipasang alat pacu jantung untuk menggantikan sel yang rusak tadi.

Penyebab bradiaritmia yang paling sering, lanjut Beny, adalah karena faktor degeneratif. Kerusakan sel-sel ini umumnya terjadi pada usia 60 tahun ke atas akibat degenerasi dari fungsi organ. Denyut jantung yang lambat ini bisa juga disebabkan oleh serangan jantung mendadak, yang mengakibatkan SA node ataupun AV node rusak. Untuk mengatasinya, dapat dipasang alat pacu jantung (pacemaker ), yang berfungsi menggantikan impuls listrik yang telah rusak.

Namun, denyut jantung di bawah 60 detak/menit pada atlet biasanya masih normal. Pasalnya, mereka sudah terlatih, sehingga dengan sekali denyut, jantung memompa darah 100 cc. “Jadi memang tidak perlu cepat-cepat karena volume darah secara keseluruhan yang dibutuhkan cukup,” ujar Beny.

Sementara pada orang awam, dalam sekali pompa hanya mengeluarkan 50 cc darah, sehingga dikompensasi dengan denyut yang lebih cepat.

Harus Bervariasi
Selain takiaritmia dan bradiaritmia , irama jantung yang tidak teratur juga tak kalah berisiko. Irama jantung yang tidak teratur adalah gangguan irama jantung yang tidak menentu, kadang cepat, kadang lambat, dan tidak teratur antara satu denyut ke denyut yang lain.

“Kelainan irama seperti ini yang paling sering adalah fibrilasi atrium (atrial fibrillation , AF). Faktor risikonya adalah usia lanjut, hipertensi, kencing manis, penyakit tiroid dan adanya penyakit jantung koroner,” jelas Beny. Pada AF, beberapa sinyal listrik yang cepat dan kacau “menyala” dari daerah-daerah yang berbeda di serambi, terutama serambi kiri. Sinyal-sinyal ini pada gilirannya menyebabkan kontraksi bilik jantung yang cepat dan tidak beraturan.

Yang ditakutkan pada AF adalah kejadian stroke yang lebih tinggi dan menurunnya fungsi pompa jantung. “Terapi dari AF juga kompleks, meliputi pencegahan stroke dan mengembalikan irama menjadi normal dengan obat-obatan ataupun kateter ablasi,” lanjut Beny.

Namun, perlu dicatat pula bahwa irama jantung memang harus bervariasi. “Justru kalau denyutnya flat , tidak naik turun, malah berbahaya,” kata Beny.

Hasto Prianggoro

Sumber: Nova
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved